air mataku mengalir lagi
membasahi pipi
setelah hati tak tertahan lagi
menadah tangan memohon restu illahi
lantai pipiku yang basah
memujuk kuntuman hati yang resah
biarpun resah mendesah-desah
aku seharusnya tabah
menerima ketentuan dengan pasrah
kalau boleh kukatakan
pertemuan itu satu kenangan
izinkan aku menghimpunnya
menjadi unggun harapan
kalau boleh ku katakan
sayang itu satu keikhlasan
biarkan masa menjadi penghitungnya
menamatkan segala keraguan.
kalau boleh ku katakan
penyepianmu satu kebencian
izinkan aku mengutipnya
kan ku jadikan piala pengalaman
kalau boleh ku katakan
perpisahan ini satu suratan
biarkan aku mengantologikannya
menjadi sebuah melodrama kehidupan
kalau boleh ku katakan
madu dan hempedu perencah kehidupan
izinkan aku merasakan keduanya
agar bermakna kehidupan ini.
15 Februari 2011
No comments:
Post a Comment